Sabtu, 31 Oktober 2009

Radang Usus Buntu a.k.a Appendicitis Akut

Penyakit yang gampang-gampang susah (atau lebih tepat susah-susah gampang, banyak susahnya). Usus buntu populer karena merupakan kasus bedah umum yang terbanyak. Secara klasik didapatkan nyeri perut kanan bawah (dilokasi usus buntu, titik McBurney), demam, dan tanda infeksi lain. Sayangnya, tidak semua nyeri perut kanan bawah adalah usus buntu, dan sebaliknya, tidak semua usus buntu nyerinya di kanan bawah.


Apa itu usus buntu ? Organ ini terletak di pangkal usus besar, dan memang merupakan saluran buntu. Kaya akan kelenjar limfe, mungkin dulu (dulu sekali !) punya fungsi khusus tapi kemudian fungsi ini menghilang sepanjang evolusi (satu-satunya fungsi saat ini mungkin adalah memberi pekerjaan pada dokter bedah :)) . Kalau organ ini meradang, ia bisa berisi nanah dan pecah (seperti bisul), yang gawatnya menyebabkan radang seluruh perut.


Bagaimana menegakkan diagnosa radang usus buntu ? Sayangnya tidak ada cara pasti kecuali melakukan operasi dan melihat ,mengangkat dan memeriksakan usus buntu yang diduga meradang. Semua diagnosis radang usus buntu menggunakan kriteria , alat bantu penunjang (USG) dan penilaian klinis dokter yang memeriksa. Tidak ada yang akurat 100%. Tantangannya adalah membedakan usus buntu yang meradang dengan kelainan organ lain yang sama-sama terletak di perut kanan bawah (usus besar-sekum, ureter , organ kandungan dalam pada wanita (ovarium, tuba fallopii, usus halus yang melingkar di kanan bawah, otot dll). Semua bisa menimbulkan rasa nyeri dan bahkan tanda infeksi yang serupa dengan radang usus buntu. Jadi kembali, penilaian klinis ahli berperan penting.


Apa pengobatannya ? Sampai saat ini bukti ilmiah menunjukkan bahwa operasi pengangkatan usus buntu masih merupakan pilihan utama. Memang ada beberapa penelitian yang memberikan obat-obatan antibiotika saja, tetapi hasilnya tidak konsisten. Ada yang membaik, ada yang menjadi lebih parah. Masalah terbesar adalah resiko terjadinya kebocoran usus buntu yang meradang, yang meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada penderita.

Luka ? Prinsip Praktis Penanganan

Luka adalah terjadinya diskontinuitas (terputusnya) jaringan. Bisa mengenai lapisan kulit, lemak bawah kulit, otot atau jaringan lain (saraf dll). Prinsip penanganan luka meliputi dua hal penting yaitu mencegah/menghilangkan kontaminasi dan membantu penyembuhan.


Pencegahan kontaminasi dapat dilakukan dengan menutup luka bersih dengan kain/tutup yang bersih atau steril. Bila sudah terjadi kontaminasi (luka kotor) maka harus diupayakan pembersihan secepatnya (dekontaminasi) sebelum terjadi infeksi (kuman berkembang biak). Satu prinsip yang harus diingat adalah : "dilution is the best solution for pollution" yang maksudnya pengairan (pengenceran) dengan cairan steril (bila tidak ada dapat dengan cairan bersih) adalah jalan terbaik untuk menghilangkan polusi luka. Jadi cuci sebersih mungkin tanpa meninggalkan kotoran yang tampak.


Prinsip kedua adalah membantu penyembuhan. Ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, tetapi pada dasarnya adalah mempertahankan luka tidak terinfeksi selama proses penyembuhan dan mendekatkan jaringan yang terputus. Semakin jauh jarak jaringan terpisahkan, semakin sulit dan lama luka menyembuh. Itu sebabnya dilakukan penjahitan pada luka robek, tujuannya adalah menutup luka agar tidak terkontaminasi lanjut dan mendekatkan jaringan agar mudah sembuh.